Rabu, 21 November 2012

Feminisme


A.   A. PENGERTIAN FEMINISME

Feminisme atau yang sering dikenal dengan sebutan emansipasi berasal dari bahasalatin yang berarti perempuan.Menurut Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan, feminisme adalah suatu kesadaranakan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat, di tempat kerja dandalam keluarga, serta tindakan sadar perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaantersebut.Sedangkan menurut Yubahar Ilyas, feminisme adalah kesadaran akan ketidakadilan jender yang menimpa kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun masyarakat, sertatindakan sadar oleh perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaan tersebut.Ada tiga ciri feminisme, yaitu :

1.Menyadari akan adanya ketidakadilan gender
2.Memaknai bahwa gender bukan sebagai sifat kodrati
3.Memperjuangkan adanya persamaan hak.


C.

JENIS-JENIS FEMINISME
Para pelopor gerakan feminisme memandang kebebasan dan persamaan hak perempuan dan laki-laki sebagai penyempurnaan dan pencapaian tujuan gerakan hak asasimanusia. Mereka percaya bahwa segala kesulitan di dalam keluarga timbul, karena tidak adanya kebebasan perempuan, dan karena perbedaan hak mereka dengan laki-laki.Bilapersamaan hak tersebut dipenuhi, maka seluruh kesulitan dalam keluarga akan terpecahkan.Perbedaan perspektif tersebut melahirkan- sejauh ini- 4 aliran besar, yakni feminismeliberal, marxisme, radikal, dan sosialis, dan sejmulah aliran feminisme lain, sepertifeminisme psikoanalisis dan gender, eksistensialis, anarkis, postmodern, multicultural danglobal, teologis, feminisme kegemukan, dan ekofeminisme.1.

Feminisme LiberalAliran feminisme liberal berakal dari filsafat liberalisme yang memiliki konsepbahwa kebebasan merupakan hak setiap individu sehingga dia harus diberi kebebasanuntuk memih tanpa terkekang oleh pendapat umum dan hokum. Ketidaksetaraan dalammasyarakat terjadi, karena ada pelanggaran terhadap kebebasan individu yang terjadimelalui proses sosialisasi peran atau dasar sexs. Oleh karena itu, kesetaraan hanya bisadicapai melalui pembaruan peraturan atau hukum, dan proses pendidikan.Akar teori ini bertumpu pada kebebasan dan kesetaraan rasionalitas. Perempuanadalah makhluk rasional, kemampuannya sama dengan laki-laki sehingga harus diberihak yang sama juga dengan laki-laki. Oleh karena itu, mereka menuntut persamaankesempatan dibidang pendidikan, politik, sosial, ekonomi, maupun personal. Dalamkonteks Indonesia, reformasi hukum melalui desakan 30% kuota bagi perempuan dalamparlemen adalah kontribusi para feminis liberal.Teori ini dicetus oleh
,menyatakan bahwa "Feminisme Kekuatan"merupakan solusi. Kini perempuan telah mempunyai kekuatan dari segi pendidikan danpendapatan, dan perempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnya kiniperempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki.2.

Feminisme Marxis
http://htmlimg1.scribdassets.com/iac0b3g8wiogvu/images/4-842a98e065.jpg
B.   B. JENIS-JENIS FEMINISME
Para pelopor gerakan feminisme memandang kebebasan dan persamaan hak perempuan dan laki-laki sebagai penyempurnaan dan pencapaian tujuan gerakan hak asasimanusia. Mereka percaya bahwa segala kesulitan di dalam keluarga timbul, karena tidak adanya kebebasan perempuan, dan karena perbedaan hak mereka dengan laki-laki.Bilapersamaan hak tersebut dipenuhi, maka seluruh kesulitan dalam keluarga akan terpecahkan.Perbedaan perspektif tersebut melahirkan- sejauh ini- 4 aliran besar, yakni feminismeliberal, marxisme, radikal, dan sosialis, dan sejmulah aliran feminisme lain, sepertifeminisme psikoanalisis dan gender, eksistensialis, anarkis, postmodern, multicultural danglobal, teologis, feminisme kegemukan, dan ekofeminisme.

1.      Feminisme Liberal

Aliran feminisme liberal berakal dari filsafat liberalisme yang memiliki konsepbahwa kebebasan merupakan hak setiap individu sehingga dia harus diberi kebebasanuntuk memih tanpa terkekang oleh pendapat umum dan hokum. Ketidaksetaraan dalammasyarakat terjadi, karena ada pelanggaran terhadap kebebasan individu yang terjadimelalui proses sosialisasi peran atau dasar sexs. Oleh karena itu, kesetaraan hanya bisadicapai melalui pembaruan peraturan atau hukum, dan proses pendidikan.Akar teori ini bertumpu pada kebebasan dan kesetaraan rasionalitas. Perempuanadalah makhluk rasional, kemampuannya sama dengan laki-laki sehingga harus diberihak yang sama juga dengan laki-laki. Oleh karena itu, mereka menuntut persamaankesempatan dibidang pendidikan, politik, sosial, ekonomi, maupun personal. Dalamkonteks Indonesia, reformasi hukum melalui desakan 30% kuota bagi perempuan dalamparlemen adalah kontribusi para feminis liberal.Teori ini dicetus olehNaomi Wolf  , menyatakan bahwa "Feminisme Kekuatan"merupakan solusi. Kini perempuan telah       mempunyai kekuatan dari segi pendidikan danpendapatan, dan perempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnya kiniperempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki.2.






2.      Feminisme Marxis

Aliran ini memandang masalah perempuan dalam kerangka kritik kapitalisme.Asumsinya, sumber penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan caraproduksi. Teori Friedrich Engels dikembangkan menjadi landasan aliran ini. Statusperempuan jatuh karena adanya konsep kekayaan pribadi (private property).Kegiatanproduksi yang semula bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri berubah menjadikeperluan pertukaran(exchange). Laki-laki mengontrol produksi untuk keperluanpertukaran, dan sebagai konsekuensinya mereka mendominasi hubungan sosial.Sedangkan perempuan direduksi menjadi bagian dari property.Untuk membebaskan perempuan dari penindasan dalam keluarga itu, Engelsmengajak perempuan untuk memasuki sektor publik yang dapat membuat perempuan juga produktif (menghasilkan materi atau uang). Bahkan institusi keluarga perludihapus karena dianggap melahirkan kapitalisme. Sebagai gantinya, dibuatlah keluargakolektif, dimana pekerjaan rumah tangga dilakukan secara kolektif, termasuk dalam halpengasuhan dan pendidikan anak.

3.              Feminisme Radikal

Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuanterjadi akibat sistem patriarki (sistem yang berpusat pada laki-laki). Mereka memandangbahwa patriarki merupakan system kekuasaan yang seksis, yang menganggap laki-lakimemiliki superioritas atas perempuan. Kelemahan di hadapan laki-laki adalah karenastruktur biologis fisiknya, dimana perempuan harus mengalami haid, menopause, hamil,sakit haid dan melahirkan, menyusui, mengasuh anak, dan sebagainya. Semua itumembuat perempuan tergantungt pada laki-laki. Perbedaan fungsi reproduksi inilahyang menyebabkan pembagian kerja atas dasar seks yang terjadi di masyarakat.Feminisme radikal mempermasahkan, antara lain, tubuh serta hak-hak reproduksi,seksualitas (termasuk lesbianisme), seksisme, relasi kuasa perempuan dan lski-laki dandikotomi privat-publik. Mereka berjuang agar perbedaan-perbedaan seksual laki-lakidan perempuan dihapuskan. Bentuknya dapat berupa pemberian kesempatan padaperempuan untuk memilih melahirkan sendiri, atau melahirkan anak secara buatan, ataubahkan tidak melahirkan sama sekali. Begitu juga ketergantungan anak kepada ibunya,dan sebaliknya harus diganti dengan ketergantungan singkat terhadap sekelompok orangdari kedua jenis kelamin.Aliran ini berupaya menghancurkan sistem patriarki, yang fokusnya terkait fungsibiologis tubuh perempuan. Mereka mencemooh perkawinan, menghalalkan aborsi,menyerukan lesbianism, dan revolusi seks. Bagi para feminis radikal, menjadi seorangistri sama saja dengan disandera. Tinggal bersama suami dianggap sama dengan musuh.













4.              Feminisme Sosialis

Sebuah faham yang berpendapat "Tak Ada Sosialisme tanpa PembebasanPerempuan. Tak Ada Pembebasan Perempuan tanpa Sosialisme". Feminismesosialis berjuang untuk menghapuskan sistem kepemilikan. Lembaga perkawinan yangmelegalisir kepemilikan pria atas harta dan kepemilikan suami atas istri dihapuskanseperti ide Marx yang menginginkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa pembedaan gender.Feminisme sosialis muncul sebagai kritik terhadap feminisme Marxis. Aliran inimengatakan bahwa patriarki sudah muncul sebelum kapitalisme dan tetap tidak akanberubah jika kapitalisme runtuh. Kritik kapitalisme harus disertai dengan kritik dominasiatas perempuan. Feminisme sosialis menggunakan analisis kelas dan gender untuk memahami penindasan perempuan. Ia sepaham dengan feminisme marxis bahwakapitalisme merupakan sumber penindasan perempuan. Akan tetapi, aliran feminissosialis ini juga setuju dengan feminisme radikal yang menganggap patriarkilah sumberpenindasan itu. Kapitalisme dan patriarki adalah dua kekuatan yang saling mendukung.Seperti dicontohkan oleh Nancy Fraser di Amerika Serikat keluarga inti dikepalai olehlaki-laki dan ekonomi resmi dikepalai oleh negara karena peran warga negara danpekerja adalah peran maskulin, sedangkan peran sebagai konsumen dan pengasuh anak adalah peran feminin. Agenda perjuagan untuk memeranginya adalah menghapuskankapitalisme dan sistem patriarki. Dalam konteks Indonesia, analisis ini bermanfaat untuk melihat problem-problem kemiskinan yang menjadi beban perempuan.

5.              Feminisme Teologis

Teori ini dikembangkan berdasarkan paham teologi pembebasan yangmenyatakan bahwa sistim masyarakat dibangun berdasarkan ideology,agama, dannorma norma masyarakat. Mereka berpandangan bahwa penyebab tertindasnyaperempuan oleh laki-laki adalah teologi atau ideology masyarakat yang menempatkanperempuan di bawah laki-laki (subordinasi). Oleh karena itu , ideology yang bias jender tersebut harus dirubah, antara lain,dengan cara mengkaji ulang sumber ideology tersebut.Kajian ulang ini diarahkan untuk mendapatkan pijakan yang sah guna mengembangkansuatu ideology atau teologi yang menempatkan perempuan setara dengan laki-laki.Dengan mengembangkan teologi semacam ini diharapkan perempuan tidak lagidianggap subordinasi dari laki-laki. Melainkan mitra sejajar. Dengan demikian,penindasan terhadap perempuan dalam masyarakat akan hilang dengansendirinya.Aliran feminisme teologis banyak dikembangkan oleh para feminis yangmengikatkan diri pada agama tertentu, seperti Kristen,yahudi dan islam.

6.              Ekofeminisme

Ekofeminisme mengkritik pemikiran aliran-aliran sebelumnya yang menggunakanprinsip maskulinita-ideologi untuk menguasai-dalam usaha untuk mengakhiripenindasan perempuanakibat system patriarki. Sebab prinsip tersebut tidak hanya antiterhadap feminitas, melainkan juga ekologi. Ekofeminisme merupakan usahamengaitkan ekologi dengan feminisme. Mereka berpendapat bahwa eksistensi alambekerja dengan prinsip feminitas sehingga bila maskulintas menguasai alam, maka akanterjadi kehancuran alam di samping penindasan terhadap perempuan. Oleh karena itu,u[aya memecahkan masalah hubungan jender dan menjaga lingkungan, mereka lakukanmelalui peran perempuan sebagai ibu, pengasuh, dan pemelihara dalam keluarga danlingkungan dengan menggunakan prinsip feminitas yang ramah.


C.       C. FEMINISME DALAM  KAJIAN SASTRA

Feminisme adalah teori yang mengangkat peran wanita dan problematikanya pada karya sastra antara lain adalah sebagai berikut:

Gender
Gender adalah suatu konsep yang menynjuk pada suatu sistem peranan dan hubungannya antara perempuan dan laki-laki yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, tetapi oleh lingkungan sosial, politik, dan ekonomi. Sedangkan perpektif gender adalah untuk membedakan segala sesuatu yang bersifat normatif dan biologis dengan segala sesuatu yang merupakan produk budaya dalam bentuk proses kesepakatan normatif   dan sosial yang dapat ditransformasikan. Konsep yang kemudian berkembang dari teori gender ini antara lain adalah:
a.               Gender differences : penghimpunan perbedaan dari atribut-atribut sosial, karakteristik, perilaku, penampilan,  dsb. Yang ditentukan menurut ketentuan jenis kelamin.
b.              Gender gap : menunjukan adanya perbedaan dalam hak berpolitik dan bersikap antara laki-laki dan perempuan
c.               Genderization : yaitu acuan konsep pada upaya menempatkan jenis kelamin pada pusat perhatian identitas diri dan pandangan diri. Misalnya pada penggunaan kata he dan she
d.              Gender  identity : yaitu pencitraan perilaku yang seharusnya dimiliki dan ditampilkan oleh seseorang berdasarkan jenis kelamin yang bersangkutan.
e.               Gender  role : peran perempuan dan peran laki-laki yang diaplikasikan dalam bentuk yang nyata menurut kultur setempat yang dianut dan diterima.

Psikoanalisis
Teori sastra psikoanalisis menganggap bahwa karya sastra sebagai symptom (gejala) dari pengarangnya. Dalam pasien hysteria gejalanya muncul dalam bentuk gangguan-gangguan fisik, sedangkan dalam diri sastrawan gejalanya muncul dalam bentuk karya kreatif. Oleh karena itu, dengan anggapan semacam ini, tokoh-tokoh dalam sebuah novel, misalnya akan diperlakukan seperti manusia yang hidup di alam lamunan si pengarang. Konflik-konflik kejiwaan yang dialami tokoh-tokoh itu dipandang  sebagai pencerminan atau resperentasi dari konflik kejiwaan pengarangnya sendiri. Akan tetapi harus diingat, bahwa pencerminan ini berlangsung secara tanpa disadari oleh si pengarang novel itu sendiri dan sering kali dalam bentuk yang sudah tedistorsi, seperti halnya yang terjadi dengan mimpi. Dengan kata lain, ketaksadaran pengarang bekerja melalui aktivitas penciptaan novelnya. Jadi, karya sastra sebenarnya merupakan pemenuhan secara tersembunyi atas hasrat pengarangnya yang terkekang (terekspresi) dalam ketidaksadaran.


Ideologis
Kajian ideologis ini memuat tentang bagaimana perempuan menciptakan suatu karya sastra atau pencitraan perempuan dalam karya sastra itu sendiri. Yang menjadi pusat perhatian pembaca adalah penggambaran perempuan serta stereotype perempuan dalam karya sastra. Misalnya penggambaran perempuan yang berpotensi sebagai perbankan berbeda dengan penggambaran permpuan yang berpotensi sebagai guru. Hal tersebut dapat dibedakan dari cara berdandan, berpakaian, berjalan, berkomunikasi, gaya hidup, dan sebagainya.
Ginokritik
Yang menjadi pusat kajian adalah pengarang perempuan. Kajian meliputi seluruh aspek yang berkaitan dengan kepengarangan perempuan. Di sisni yang di upayakan adalah penelitian tentang ciri khas karya sastra yang dibuat kaum perempuan, baik gaya, tema, jenis, maupun struktur karya sastra kaum perempuan. Para sastrawan perempuan juga diteliti secara khusus, misalnya proses kreatifnya, biografinya, dan perkembangan profesi sastrawan perempuan. Penelitian-penelitian semacam ini kemudian diarahkan untuk membangun suatu pengetahuan tentang sejarah sastra dan sistem sastra dan sistem sastra kaum perempuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar