Minggu, 16 Desember 2012

perkembangan abnormal


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
       Menurut UU system pendidikan nasional (SPN) no. 20 tahun 2003 Bab IV Pasal 5 ayat 2 dinyatakan bahwa warga – warga Negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, intelaktual dan atau social berhak memperoleh pendidikan khusus. Dengan kurangnya pendidikan seseorang mengenai pengetahuan, keterampilan ternyata bisa membuat seseorang tersebut akan kesulitan untuk menempatkan diri dan mengekspresikan diri.
          Perkembangan dilukiskan sebagai suatu proses yang dinamis, oleh karena itu jika terjadi ketidak dinamisan perkembangan maka terjadi gangguan perkembangan. Gangguan perkembangan ini sering disebut sebagai kecacatan atau handicap. Kecacatan dapat berupa fisik, cacat mental, cacat motorik, cacat sosial, dan lain sebagainya.               
           Pada dasarnya perkembangan abnormal tidak hanya mencakup gangguan perkembangan saja. Perkembangan abnormal juga berkaitan dengan perkembangan yang lebih cepat atau lebih bagus dari pada rata-rata, misalnya: anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata atau disebut anak berbakat. Oleh karena itu, dalam penyajian ini perkembangan anak luar biasa, khususnya anak jenius atau berbakat disajikan dalam satu kesatuan  dalam perkembangan      abnormal.
                 Gangguan perkembangan tidaklah terbatas pada kecacatan (handicap), definisi gangguan yang lebih luas menyangkut pola gangguan perilaku yang lain seperti : menyalah gunakan obat, ( drug abause ) pada remaja dan orang dewasa. Gangguan perkembangan yang akan di bicarakan disisni meliputi gangguan fisik dan psikomotorik, gannguan fungsi intelektual dan gangguan yang nampak pada perilaku psikososial dan moral yang dicakup dalam pengertian devisiensi.untuk lebih jelasnya akan di uraikan dalam penjelasan.
1.2  Rumusan Masalah
  1. Apakah diperlukan Penjas adaptif untuk masing – masing kategori jenis kelainan itu ?
  2. Apakah  diperlukan guru Penjas Adaptif khusus untuk masing – masing kategori jenis kelainan itu ?
  3. Bagaimana (persiapan, penyelenggaraan, dan penilaian) dalam penyelenggaraan guru Penjas Adaptif yang professional ?
  4. Lembaga atau perguruan tinggi seperti apa yang relevan  menyelenggarakan guru Penjas Adaptif ?
  5. Susunlah pedoman pengamatan / observasi kebutuhan dan karekteristik (fisik, mental, dan soosial ) sesuai dengan tugas kelompok yang data ini digunakan menyusun program Pembelajaran Penjas Adaptif.
1.3  Tujuan Masalah
1.  Mengetahui perlunya Penjas adaptif untuk masing – masing kategori jenis kelainan itu.
2.  Mengetahui perlunya guru Penjas Adaptif khusus untuk masing – masing kategori jenis kelainan itu.
3.  Mengetahui (persiapan, penyelenggaraan, dan penilaian) dalam penyelenggaraan guru Penjas Adaptif yang professional.
4.  Mengetahui lembaga atau perguruan yang relevan menyelenggarakan guru Penjas Adaptif.
5.  Mengetahui pedoman pengamatan / observasi kebutuhan dan karekteristik (fisik, mental, dan soosial ) pada gangguan cacat fisik.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pentingnya Penjas Adatif Khusus Pada Anak Yang Mengalami Kelainan.
           Secara mendasar pendidikan jasmani adaptif adalah sama dengan pendidikan jasmani biasa. Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek dari seluruh proses pendidikan secara keseluruhan.Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Tujuan dari penjas adaptif tidak hanya dalam bidang ranah psikomotor, tetapi juga dalam ranak cognitif dan afektif. 
       Hampir semua jenis ketunaan memiliki problim dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor sebagai akibat dari keterbatasan kemampuan sensomotorik, keterbatasan dalam kemampuan belajar. Sebagian bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan khusus sangat besar dan akan mampu mengembangkan dan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan tersebut.
v     Ciri dari program pengajaran penjas Adaptif
    Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Adapun ciri tersebut adalah:
  1. Program Pengajaran Penjas adaptif disesuiakan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan berpartisipasi dengan aman, sukses, dan memperoleh kepuasan. Misalnya bagi siswa yang memakai korsi roda satu tim dengan yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat berpartisipasi dengan sukses dalam kegiatan tersebut bila aturan yang dikenakan kepada siswa yang berkorsi roda dimodifikasi. Demikian dengan kegiatan yang lainnya. Oleh karena itu pendidikan Jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
  2. Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa. Kelainan pada Anak luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran pendidikan Jasmani adaptif harus dapat membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi yang memperburuk keadaanya.
  3. Program Pengajaran Penjas adaptif harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu. Untuk itu pendidikan Jasmani adaptif mengacu pada suatu program kesegaran jasmani yang progressif, selalu berkembang dan atau latihan otot-otot besar. Dengan demikian tingkat perkembangan akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman sebayanya.
            Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, pengajaran penjas  perlu dimodifikasi sesuai dengan kelainan, karakteristi dan kebutuhan pengajarannya. Penyesuaian dan modifikasi dari pengajaran penjas bisa terjadi pada:
  • Modifikasi aturan main dari aktifitas pendidikan jasmani.
  • Modifikasi keterampilan dan tehniknya
  •  Modifikasi tehnik mengajarnya.
  •  Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya.
      Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut di atas. maka pendidikan jasmani adaptif dapat membantu siswa melakukan penyesuaian sosial dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri. Perasaan ini akan dapat membawa siswa berprilaku dan bersikap sebagai subjek bukan sebagai objek di lingkungannya.
v     Tujuan pendidikan jasmani adaptif.
 Tujuan pendidikan Jasmani adaptif sebagai berikut:
  1. Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki.
  2. Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu.
  3. Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olah raga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
  4. Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya.
  5. Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian social dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri.
  6. Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan appresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik.
  7. Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olah raga yang dapat diminatinya sebagai penonton.
2.2 Pentingnya Guru Penjas Adaptif Khusus Pada Anak Yang Mengalami Kelainan.
     Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang mengalami kelainan sedemikian rupa baik fisik, mental, sosial maupun kombinasi dari ketiga aspek tersebut, sehingga untuk mencapai potensi yang optimal ia memerlukan Pendidikan luar biasa(PLB).PLB merupakan pendidikan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan ABK. Adapun yang dirancang dalam PLB adalah kelas, program dan layanannya. Sehingga PLB dapat diartikan juga sebagai Spesial kelas, program atau layanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Anak luar biasa.
     ABK bisa memiliki masalah dalam sensorisnya, motoriknya, belajarnya, dan tingkahlakunya. Semua ini mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik anak. Hal ini karena sebagian besar ABK mengalami hambatan dalam merespon rangsangan yang diberikan lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerak dan bahkan ada yang memang fisiknya terganggu sehingga ia tidak dapat melakukan gerakan yang terarah dengan benar.
      Di satu sisi, Anak luar Biasa harus dapat mandiri, beradaptasi, dan bersaing dengan orang normal, di sisi lain ia tidak secara otomatis dapat melakukan aktivitas gerak. Secara tidak disadari akan berdampak kepada pengembangan dan peningkatan kemampuan fisik dan keterampilan geraknya. Pendidikan jasmani bagi ABK disamping untuk kesehatan juga harus mengandung pembetulan kelainan fisik.
     Disini sudah terlihat jelas betapa pentingnya guru penjas adaptif pada anak yang mengalami kelainan pada masing – masing jenis kelainan. Agar guru dapat lebih memahamiatau menguasai cara menangani anak . Guru penjas sangat berperan dalam menangani masalah pada anak baik dalam fisiolagis maupun psikologisnya.
Beberapa tugas seorang guru Penjas Adaptif adalah :
  • Ø Mendiagnosis kesulitan yang dialami oleh siswa yang mengalami gangguan pada
masing – masing kelainan.
  • Ø Membantu siswa dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan keadaaan fisiknya atau gerak.
  • Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu.
  • Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olah raga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi.
  • Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya
  • Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olah raga yang dapat diminatinya sebagai penonton.
  • Menolong siswa dalam mengembangkan bakatnya.
2.3 Penyelangaraan Guru Penjas Adaptif Yang Profesional Serta Lembaga Atau         Perguruan Tinggi Yang Relevan.
Guru adaptif yang profesional adalah guru yang bisa membantu kesulitan anak didiknya. Sehingga guru harus mempunyai bekal yang cukup banyak apalagi dalam menghadapi anak yang mengalami kelainan, yang bermasalah dengan fisik, mental dan social. Guru harus tahu solusi atau jalan keluar dalam mengatasi masalah pada fisik, mental dan social anak. Jadi sebagai guru bagi anak yang mengalami kelainan harus benar – benar jenius. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh guru ini adalah menguasai berbagai macam bidang sepeti kesehatan, psikiater, dan penjas sekalipun.
2.4 Pedoman Pengamatan  / Observasi Pada Anak Yang Mengalami Gangguan Fisik.
         Pedoman yang kita gunakan adalah  dengan menggunakan berbagai macam pertanyaan, yang diberikan kepada anak yang mengalami kelainan, diantaranya :
1.  Olahraga apa saja yang biasa diberikan pada anak yang mengalami gangguan fisik yang dapat membantu anak dalam memfungsikan anggota tubuhnya?
2.  Apakah meraka merasa senang dan puas dengan pendidikan jasmani atau olahraga yang  yang telah diberikan ?
3.  Apa kesulitan yang anak alami pada saat melakukan aktivitas olahraga ?
4.  Hal apa yang terkadang membuat mereka tidak percaya diri dalam menghadapi kakurangannya, dan bagaimana cara menumbuhkan atau meningkatkannya ?
5.  Alat bantu apa yang biasa digunakan oleh anak yang mengalami gangguan fisik untuk  melakukan aktivitas dalam olahraga khususnya ?
6.  Bagaimana cara anak menumbuhkan dan meningkatkan kepercayaan dan mengendalikan diri dalam menghadapi kekurangannya ?
7.  Bagaimana cara membina kesadaran dan tanggung jawab social dalam pengembangan kemampuan penyesuaian diri ?

BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Pendidikan sangat penting dan dibutuhkan oleh  anak yang mengalami kelainan.terutama penjas adaptif yang bisa membantu siswa baik pada fisiologis maupun psikologisnya. Program pendidikan yang diberikan harus sesuai dengan kelainan yang dialami oleh masing – masing anak. Sebagai guru kita harus pandai dalam mengatur strategi atau model – model pembelajaran untuk anak yang mengalami gangguan tersebut. Pada penderita gangguan fisik, bukan hanya dalam segi fisik saja yang harus tangani tetapi juga pada mental dan sosialnya
3.2   Saran
Kita harus memperlakukan mereka sebagai individu yang berharga dengan bakat-bakat yang dihargai, dengan keunikan perasaan yang dapat diekspresikan, dengan kebutuhan-kebutuhan pribadi yang patut dipenuhi, dan dengan perasaan frustasi yang dapat diatasi.
DAFTAR PUSTAKA


http:// www. Ditplb.or.ic
Arma Abdoellah, Prof.,M.sc., (1996): Pendidikan Jasmani Adaptif, Ditjen Dikti,          Depdikbud, Jakarta
Bucher, C.A., (1985): Foundations of physical Education and Sport, St.LOUIS:       The CV. Mosby Company.

Rabu, 21 November 2012

Feminisme


A.   A. PENGERTIAN FEMINISME

Feminisme atau yang sering dikenal dengan sebutan emansipasi berasal dari bahasalatin yang berarti perempuan.Menurut Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan, feminisme adalah suatu kesadaranakan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat, di tempat kerja dandalam keluarga, serta tindakan sadar perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaantersebut.Sedangkan menurut Yubahar Ilyas, feminisme adalah kesadaran akan ketidakadilan jender yang menimpa kaum perempuan, baik dalam keluarga maupun masyarakat, sertatindakan sadar oleh perempuan maupun lelaki untuk mengubah keadaan tersebut.Ada tiga ciri feminisme, yaitu :

1.Menyadari akan adanya ketidakadilan gender
2.Memaknai bahwa gender bukan sebagai sifat kodrati
3.Memperjuangkan adanya persamaan hak.


C.

JENIS-JENIS FEMINISME
Para pelopor gerakan feminisme memandang kebebasan dan persamaan hak perempuan dan laki-laki sebagai penyempurnaan dan pencapaian tujuan gerakan hak asasimanusia. Mereka percaya bahwa segala kesulitan di dalam keluarga timbul, karena tidak adanya kebebasan perempuan, dan karena perbedaan hak mereka dengan laki-laki.Bilapersamaan hak tersebut dipenuhi, maka seluruh kesulitan dalam keluarga akan terpecahkan.Perbedaan perspektif tersebut melahirkan- sejauh ini- 4 aliran besar, yakni feminismeliberal, marxisme, radikal, dan sosialis, dan sejmulah aliran feminisme lain, sepertifeminisme psikoanalisis dan gender, eksistensialis, anarkis, postmodern, multicultural danglobal, teologis, feminisme kegemukan, dan ekofeminisme.1.

Feminisme LiberalAliran feminisme liberal berakal dari filsafat liberalisme yang memiliki konsepbahwa kebebasan merupakan hak setiap individu sehingga dia harus diberi kebebasanuntuk memih tanpa terkekang oleh pendapat umum dan hokum. Ketidaksetaraan dalammasyarakat terjadi, karena ada pelanggaran terhadap kebebasan individu yang terjadimelalui proses sosialisasi peran atau dasar sexs. Oleh karena itu, kesetaraan hanya bisadicapai melalui pembaruan peraturan atau hukum, dan proses pendidikan.Akar teori ini bertumpu pada kebebasan dan kesetaraan rasionalitas. Perempuanadalah makhluk rasional, kemampuannya sama dengan laki-laki sehingga harus diberihak yang sama juga dengan laki-laki. Oleh karena itu, mereka menuntut persamaankesempatan dibidang pendidikan, politik, sosial, ekonomi, maupun personal. Dalamkonteks Indonesia, reformasi hukum melalui desakan 30% kuota bagi perempuan dalamparlemen adalah kontribusi para feminis liberal.Teori ini dicetus oleh
,menyatakan bahwa "Feminisme Kekuatan"merupakan solusi. Kini perempuan telah mempunyai kekuatan dari segi pendidikan danpendapatan, dan perempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnya kiniperempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki.2.

Feminisme Marxis
http://htmlimg1.scribdassets.com/iac0b3g8wiogvu/images/4-842a98e065.jpg
B.   B. JENIS-JENIS FEMINISME
Para pelopor gerakan feminisme memandang kebebasan dan persamaan hak perempuan dan laki-laki sebagai penyempurnaan dan pencapaian tujuan gerakan hak asasimanusia. Mereka percaya bahwa segala kesulitan di dalam keluarga timbul, karena tidak adanya kebebasan perempuan, dan karena perbedaan hak mereka dengan laki-laki.Bilapersamaan hak tersebut dipenuhi, maka seluruh kesulitan dalam keluarga akan terpecahkan.Perbedaan perspektif tersebut melahirkan- sejauh ini- 4 aliran besar, yakni feminismeliberal, marxisme, radikal, dan sosialis, dan sejmulah aliran feminisme lain, sepertifeminisme psikoanalisis dan gender, eksistensialis, anarkis, postmodern, multicultural danglobal, teologis, feminisme kegemukan, dan ekofeminisme.

1.      Feminisme Liberal

Aliran feminisme liberal berakal dari filsafat liberalisme yang memiliki konsepbahwa kebebasan merupakan hak setiap individu sehingga dia harus diberi kebebasanuntuk memih tanpa terkekang oleh pendapat umum dan hokum. Ketidaksetaraan dalammasyarakat terjadi, karena ada pelanggaran terhadap kebebasan individu yang terjadimelalui proses sosialisasi peran atau dasar sexs. Oleh karena itu, kesetaraan hanya bisadicapai melalui pembaruan peraturan atau hukum, dan proses pendidikan.Akar teori ini bertumpu pada kebebasan dan kesetaraan rasionalitas. Perempuanadalah makhluk rasional, kemampuannya sama dengan laki-laki sehingga harus diberihak yang sama juga dengan laki-laki. Oleh karena itu, mereka menuntut persamaankesempatan dibidang pendidikan, politik, sosial, ekonomi, maupun personal. Dalamkonteks Indonesia, reformasi hukum melalui desakan 30% kuota bagi perempuan dalamparlemen adalah kontribusi para feminis liberal.Teori ini dicetus olehNaomi Wolf  , menyatakan bahwa "Feminisme Kekuatan"merupakan solusi. Kini perempuan telah       mempunyai kekuatan dari segi pendidikan danpendapatan, dan perempuan harus terus menuntut persamaan haknya serta saatnya kiniperempuan bebas berkehendak tanpa tergantung pada lelaki.2.






2.      Feminisme Marxis

Aliran ini memandang masalah perempuan dalam kerangka kritik kapitalisme.Asumsinya, sumber penindasan perempuan berasal dari eksploitasi kelas dan caraproduksi. Teori Friedrich Engels dikembangkan menjadi landasan aliran ini. Statusperempuan jatuh karena adanya konsep kekayaan pribadi (private property).Kegiatanproduksi yang semula bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri berubah menjadikeperluan pertukaran(exchange). Laki-laki mengontrol produksi untuk keperluanpertukaran, dan sebagai konsekuensinya mereka mendominasi hubungan sosial.Sedangkan perempuan direduksi menjadi bagian dari property.Untuk membebaskan perempuan dari penindasan dalam keluarga itu, Engelsmengajak perempuan untuk memasuki sektor publik yang dapat membuat perempuan juga produktif (menghasilkan materi atau uang). Bahkan institusi keluarga perludihapus karena dianggap melahirkan kapitalisme. Sebagai gantinya, dibuatlah keluargakolektif, dimana pekerjaan rumah tangga dilakukan secara kolektif, termasuk dalam halpengasuhan dan pendidikan anak.

3.              Feminisme Radikal

Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuanterjadi akibat sistem patriarki (sistem yang berpusat pada laki-laki). Mereka memandangbahwa patriarki merupakan system kekuasaan yang seksis, yang menganggap laki-lakimemiliki superioritas atas perempuan. Kelemahan di hadapan laki-laki adalah karenastruktur biologis fisiknya, dimana perempuan harus mengalami haid, menopause, hamil,sakit haid dan melahirkan, menyusui, mengasuh anak, dan sebagainya. Semua itumembuat perempuan tergantungt pada laki-laki. Perbedaan fungsi reproduksi inilahyang menyebabkan pembagian kerja atas dasar seks yang terjadi di masyarakat.Feminisme radikal mempermasahkan, antara lain, tubuh serta hak-hak reproduksi,seksualitas (termasuk lesbianisme), seksisme, relasi kuasa perempuan dan lski-laki dandikotomi privat-publik. Mereka berjuang agar perbedaan-perbedaan seksual laki-lakidan perempuan dihapuskan. Bentuknya dapat berupa pemberian kesempatan padaperempuan untuk memilih melahirkan sendiri, atau melahirkan anak secara buatan, ataubahkan tidak melahirkan sama sekali. Begitu juga ketergantungan anak kepada ibunya,dan sebaliknya harus diganti dengan ketergantungan singkat terhadap sekelompok orangdari kedua jenis kelamin.Aliran ini berupaya menghancurkan sistem patriarki, yang fokusnya terkait fungsibiologis tubuh perempuan. Mereka mencemooh perkawinan, menghalalkan aborsi,menyerukan lesbianism, dan revolusi seks. Bagi para feminis radikal, menjadi seorangistri sama saja dengan disandera. Tinggal bersama suami dianggap sama dengan musuh.













4.              Feminisme Sosialis

Sebuah faham yang berpendapat "Tak Ada Sosialisme tanpa PembebasanPerempuan. Tak Ada Pembebasan Perempuan tanpa Sosialisme". Feminismesosialis berjuang untuk menghapuskan sistem kepemilikan. Lembaga perkawinan yangmelegalisir kepemilikan pria atas harta dan kepemilikan suami atas istri dihapuskanseperti ide Marx yang menginginkan suatu masyarakat tanpa kelas, tanpa pembedaan gender.Feminisme sosialis muncul sebagai kritik terhadap feminisme Marxis. Aliran inimengatakan bahwa patriarki sudah muncul sebelum kapitalisme dan tetap tidak akanberubah jika kapitalisme runtuh. Kritik kapitalisme harus disertai dengan kritik dominasiatas perempuan. Feminisme sosialis menggunakan analisis kelas dan gender untuk memahami penindasan perempuan. Ia sepaham dengan feminisme marxis bahwakapitalisme merupakan sumber penindasan perempuan. Akan tetapi, aliran feminissosialis ini juga setuju dengan feminisme radikal yang menganggap patriarkilah sumberpenindasan itu. Kapitalisme dan patriarki adalah dua kekuatan yang saling mendukung.Seperti dicontohkan oleh Nancy Fraser di Amerika Serikat keluarga inti dikepalai olehlaki-laki dan ekonomi resmi dikepalai oleh negara karena peran warga negara danpekerja adalah peran maskulin, sedangkan peran sebagai konsumen dan pengasuh anak adalah peran feminin. Agenda perjuagan untuk memeranginya adalah menghapuskankapitalisme dan sistem patriarki. Dalam konteks Indonesia, analisis ini bermanfaat untuk melihat problem-problem kemiskinan yang menjadi beban perempuan.

5.              Feminisme Teologis

Teori ini dikembangkan berdasarkan paham teologi pembebasan yangmenyatakan bahwa sistim masyarakat dibangun berdasarkan ideology,agama, dannorma norma masyarakat. Mereka berpandangan bahwa penyebab tertindasnyaperempuan oleh laki-laki adalah teologi atau ideology masyarakat yang menempatkanperempuan di bawah laki-laki (subordinasi). Oleh karena itu , ideology yang bias jender tersebut harus dirubah, antara lain,dengan cara mengkaji ulang sumber ideology tersebut.Kajian ulang ini diarahkan untuk mendapatkan pijakan yang sah guna mengembangkansuatu ideology atau teologi yang menempatkan perempuan setara dengan laki-laki.Dengan mengembangkan teologi semacam ini diharapkan perempuan tidak lagidianggap subordinasi dari laki-laki. Melainkan mitra sejajar. Dengan demikian,penindasan terhadap perempuan dalam masyarakat akan hilang dengansendirinya.Aliran feminisme teologis banyak dikembangkan oleh para feminis yangmengikatkan diri pada agama tertentu, seperti Kristen,yahudi dan islam.

6.              Ekofeminisme

Ekofeminisme mengkritik pemikiran aliran-aliran sebelumnya yang menggunakanprinsip maskulinita-ideologi untuk menguasai-dalam usaha untuk mengakhiripenindasan perempuanakibat system patriarki. Sebab prinsip tersebut tidak hanya antiterhadap feminitas, melainkan juga ekologi. Ekofeminisme merupakan usahamengaitkan ekologi dengan feminisme. Mereka berpendapat bahwa eksistensi alambekerja dengan prinsip feminitas sehingga bila maskulintas menguasai alam, maka akanterjadi kehancuran alam di samping penindasan terhadap perempuan. Oleh karena itu,u[aya memecahkan masalah hubungan jender dan menjaga lingkungan, mereka lakukanmelalui peran perempuan sebagai ibu, pengasuh, dan pemelihara dalam keluarga danlingkungan dengan menggunakan prinsip feminitas yang ramah.


C.       C. FEMINISME DALAM  KAJIAN SASTRA

Feminisme adalah teori yang mengangkat peran wanita dan problematikanya pada karya sastra antara lain adalah sebagai berikut:

Gender
Gender adalah suatu konsep yang menynjuk pada suatu sistem peranan dan hubungannya antara perempuan dan laki-laki yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, tetapi oleh lingkungan sosial, politik, dan ekonomi. Sedangkan perpektif gender adalah untuk membedakan segala sesuatu yang bersifat normatif dan biologis dengan segala sesuatu yang merupakan produk budaya dalam bentuk proses kesepakatan normatif   dan sosial yang dapat ditransformasikan. Konsep yang kemudian berkembang dari teori gender ini antara lain adalah:
a.               Gender differences : penghimpunan perbedaan dari atribut-atribut sosial, karakteristik, perilaku, penampilan,  dsb. Yang ditentukan menurut ketentuan jenis kelamin.
b.              Gender gap : menunjukan adanya perbedaan dalam hak berpolitik dan bersikap antara laki-laki dan perempuan
c.               Genderization : yaitu acuan konsep pada upaya menempatkan jenis kelamin pada pusat perhatian identitas diri dan pandangan diri. Misalnya pada penggunaan kata he dan she
d.              Gender  identity : yaitu pencitraan perilaku yang seharusnya dimiliki dan ditampilkan oleh seseorang berdasarkan jenis kelamin yang bersangkutan.
e.               Gender  role : peran perempuan dan peran laki-laki yang diaplikasikan dalam bentuk yang nyata menurut kultur setempat yang dianut dan diterima.

Psikoanalisis
Teori sastra psikoanalisis menganggap bahwa karya sastra sebagai symptom (gejala) dari pengarangnya. Dalam pasien hysteria gejalanya muncul dalam bentuk gangguan-gangguan fisik, sedangkan dalam diri sastrawan gejalanya muncul dalam bentuk karya kreatif. Oleh karena itu, dengan anggapan semacam ini, tokoh-tokoh dalam sebuah novel, misalnya akan diperlakukan seperti manusia yang hidup di alam lamunan si pengarang. Konflik-konflik kejiwaan yang dialami tokoh-tokoh itu dipandang  sebagai pencerminan atau resperentasi dari konflik kejiwaan pengarangnya sendiri. Akan tetapi harus diingat, bahwa pencerminan ini berlangsung secara tanpa disadari oleh si pengarang novel itu sendiri dan sering kali dalam bentuk yang sudah tedistorsi, seperti halnya yang terjadi dengan mimpi. Dengan kata lain, ketaksadaran pengarang bekerja melalui aktivitas penciptaan novelnya. Jadi, karya sastra sebenarnya merupakan pemenuhan secara tersembunyi atas hasrat pengarangnya yang terkekang (terekspresi) dalam ketidaksadaran.


Ideologis
Kajian ideologis ini memuat tentang bagaimana perempuan menciptakan suatu karya sastra atau pencitraan perempuan dalam karya sastra itu sendiri. Yang menjadi pusat perhatian pembaca adalah penggambaran perempuan serta stereotype perempuan dalam karya sastra. Misalnya penggambaran perempuan yang berpotensi sebagai perbankan berbeda dengan penggambaran permpuan yang berpotensi sebagai guru. Hal tersebut dapat dibedakan dari cara berdandan, berpakaian, berjalan, berkomunikasi, gaya hidup, dan sebagainya.
Ginokritik
Yang menjadi pusat kajian adalah pengarang perempuan. Kajian meliputi seluruh aspek yang berkaitan dengan kepengarangan perempuan. Di sisni yang di upayakan adalah penelitian tentang ciri khas karya sastra yang dibuat kaum perempuan, baik gaya, tema, jenis, maupun struktur karya sastra kaum perempuan. Para sastrawan perempuan juga diteliti secara khusus, misalnya proses kreatifnya, biografinya, dan perkembangan profesi sastrawan perempuan. Penelitian-penelitian semacam ini kemudian diarahkan untuk membangun suatu pengetahuan tentang sejarah sastra dan sistem sastra dan sistem sastra kaum perempuan.